• TEMUKAN SAYA DI FACEBOOK
    Ini sebagai bentuk pertemanan antara saya dan pengunjung semuanya, Trimakasih atas kunjungannya.

Saturday, June 2, 2012

18+ Saat Dia Pergi


Kisah ini berawal dari ketidak mampuan diriku untuk menjauh dari mimpi buruk yang slalu membuatku terbangun dengan rasa takut. Ini adalah duri dalam hati ku, yang sesaat akan siap buatku terjatuh karena rasa sakit yang membuatku rapuh. Yahh… ini mungkin karena dia, yahh… karena dia… orang yang slalu ku banggakan dalam hidup ku.
Ku ceritakan kejadian ini dengan mengingat perih yang ku rasakan, membuka setumpuk sampah yang tersusun rapi dalam dada ini. Terhitung enam bulan lalu dari sekarang, cerita ini mulai ada bibit untuk berkembang dan tumbuh hingga sekarang. Ketika itu datang teman lama yang yahhh… sekedar mengunjungi keberadaan teman yang lagi kebingungan mencari kebahagiaanya. Setelah lama bicara-bicara, menanyakan kabar ehh malah nyambungnya ke pacar. Agak ragu untuk menjawabnya, tapi ini lah sejujurnya “aku ga punya pacar”. Menjawab dengan muka yang lumayan konyol isi hidup lagi… ahhh sungguh memalukan. Beruntung teman lama ku ini yahhh bisa dikatakan agak baik.. hehe. Tibalah hal yang ditunggu-tunggu, rangkain angka yang menunjukkan keberadaan orang
yang slalu aku puja 08579275XXXX dia berikan kepadaku.
Malam setelah semua telah pulang, hanya tinggal aku dan hp jadulku. Aku ketik rangkaian huruf yang tersusun manjadi sebuah kata dan aku susun kata-kata itu menjadi sebuah kalimat perkenalan. Aku ketik sebuah paragraf diapun menjawab dengan satu kalimat, aku ketik sebuah kalimat dia menjawab dengan sebuah kata.  Yang terakhir aku ketik sebuah kata ehhh malah ga dibalas. Sungguh tragis nasib ku malam itu. Eittssss… perjuangan ku belum berakhir, dengan percaya diri esoknya aku sms dia begitupun berulang-ulang hingga tidak terhitung jumlah kesabaranku.
Hari ini ketika otak kalut karna ujian akhir, aku menjadi sensitive dengan hal di sekitarku. Sms ga dibalas yang mulanya menjadi hal yang biasa, mulai terpikirkan oleh logika “ngapaen aku begini, emang dia siapa?”. Dengan ketegasan dan juga pikiran yang kalut aku memutuskan untuk berhenti berjuang mencari sms yang tidak dibalas.
Aku jalani hari seperti biasa, tanpa sms yang tidak di balas olehnya. Itu terlihat agak berbeda dari biasanya walaupun intinya sama saja tidak ada sms, namun tetap saja ada hal yang mengganjal dalam hari-hariku. Aku berjalan tanpa tujuan yang pasti saai ini. Seperti perahu di sungai, hanya mengikuti arus kemanapun arah air ini mengalir. Sejalan dengan itu aku mulai terbisa, sedikit lupa namun masih tetap berharap sms itu ada darinya. Lama ku tunggu, namun tetap tidak ada ceritaku yang mengalir seperti kehendak dari otak ini.
Hampir terlupa bayangnya, hal yang tidak ku tunggu lagi, tiba-tiba datang warnai hari ku. Dia nampak semakin dekat, dia bercerita banyak hal tentang kehidupannya, meminta solusi, dan saling bertukar pendapat seakan mulai warnai hidup ku. Walau hanya menjadi orang ketiga, cukuplah untuk ku karena itu sudah perkembangan yang lumayan lambat... yaa lambat buatnya menyadari bahwa aku mengaguminya.
Seiring sejalan sudah beberapa bulan berlalu, tetap saja seperti itu hanya menjadi orang ke tiga serba tau. Semakin mengenalnya semakin mengaguminya hanya itu yang bisa aku rasakan. Membuat dia tersenyum buat diri ini sedikit lega walaupun sebenarnya senyumnya bukan tertuju kepada ku. Tetap seperti ini, berdiri di atas rasa yang lama aku pendam. Berusaha menahan agar aku tak terjatuh oleh rasa yang aku punya. Namun diri ku tak sekuat itu, tak bisa menyimpan rasa yang seakan sesakkan dada. Akhirnya aku ungkapkan semuanya di malam tanpa bintang, aku curahkan segala rasa yang aku miliki kepadanya. Awalnya dia hanya menganggap itu canda ku, namun trus ku coba untuk yakinkan kepadanya bahwa itu tulus dari hati ku.
Berlalu beberapa saat, suasana menjadi tidak karuan antara serius, bercanda, dan rasa takut mulai hantarkan kami dalam malam yang sangat tenang. Pukul 22.15  dia menjawab apa yang ku pertanyakan dia menjawab “iya”. Tak menyangka dan tak tau harus bagaimana ungkapkan rasa yang ku rasakan pada saat itu, sungguh tak menyangka...
Malam itu terlewati dengan rasa tak karuan dan akupun terbangun karnanya saat pagi menjelang. Perhatianku mulai ku tunjukkan, setiap malam menjelang dia terlelap dalam tidur aku slalu sempatkan kirimkan kata-kata yang menunjukkan rasa sayang ku kepadanya. Begitupun setiap hari berlalu tanpa pernah aku bosan untuk lakukan hal yang sama setiap hari ketika dia tutup matanya untuk jalani hari esok. Tetapi dia malah mengatakan “tolong di biasaain aja, aku lebih suka kamu yang dulu”. Tersentuh hati ku atas ucapannya “apa aku salah ea, bersikap lebih perhatian kepadanya, dibanding dengan saat masih berteman?” ini pertanyaan yang slalu menjadi bayang pikiranku. Berusaha bersabar dengan keadaan ini, berusaha memahami bahwa mungkin ini adalah sebuah cobaan.
Aku jalani dengan menutup segala rasa perih yang buat ku mulai kebingungan. Satu minggu hubungan ini berlalu, aku slalu anggap ini biasa-biasa saja. Jalani dan sambil mencari dimana letak perbedaan diriku yang sekarang dengan yang dulu, yang slalu dia pertanyakan. Hingga suatu ketika disaat aku butuh seseorang untuk membagi kekesalanku saat jalani hari ini, dia kembali mempertanyakan hal yang sama. Aku yang tak mengerti akan apa yang membuat dia mengatakan hal tersebut perlahan menanyakan kebenaran. Perlahan aku tanya dengan rasa sabar aku terus bertanya kepadanya. Hal yang membuat diri ini tak mampu berkata yang dia katakan “aku bingung dengan rasa yang aku rasakan”. Sempat aku terhenti untuk berfikir, menenangkan rasa yang sudah siap meledak dan hancur berkeping-keping. Aku mulai bangkit dari rasa yang ku rasakan, aku harus tegas jika tidak ingin ini berlanjut terlalu lama.
Ku coba yakinkan dia, namun itu tak berhasil. Itu seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Begitu sulit bahkan sesuatu hal yang tidak mungkin dilakukan. Dengan penuh rasa sesal aku akhiri hubungan ini. Karena ku anggap aku akan menyakitinya jika terlalu lama memaksakan kehendak ku.
Kecewa adalah hal yang paling dalam ku rasakan, dia hanya bisa warnai hariku hanya sebentar. Namun aku coba untuk hargai rasa yang dia punya terhadapku, bahwa di hatinya masih ada orang yang dia sayangi yaitu mantannya yaitu tepatnya lelaki yang telah menduakannya.
Esok hari ketika sang mentari mulai tunjukkan sinarnya dan mulai melukis keindahan, aku terbangun dengan sesuatu yang telah hilang. Diam dan berfikir tentang akhir dari rasa yang ku punya yang berakhir dengan tragis. Jujur diri ini sempat marah kepadanya, dan dia pun slalu meminta maaf atas perih yang dia berikan. Akhirnya aku tersadar “aku takkan hilang walau tak kau butuhkan, aku takkan pergi walau kau tlah sakiti, tapi aku akan mencintaimu walau ada atau tanpa dirimu”.
Mulai menghirup nafas yang mungkin tak seperti saat bersamamu. Melihatnya dari kejauhan, melihat senyumnya disana dan itu kembali ku lakukan demi melihatnya  bahagia. Hanya menemani sebagai teman dan berusaha hanya sebagai teman akan aku lakukan demi melihatnya bahagia dengan orang yang benar-benar dia sayangi. Satu harapan yang bisa ku rangkai dalam setiap doa ku hanyalah “semoga kelak dia bisa menyadari bahwa aku slalu menyayanginya”.
Ini kisahku ketika aku berumur 18 tahun dan disaat umurku 19 tahun aku buat crita ini sebagai hadiah ulang tahunku.
0 Comments
Tweets
Komentar

No comments:

Post a Comment