• TEMUKAN SAYA DI FACEBOOK
    Ini sebagai bentuk pertemanan antara saya dan pengunjung semuanya, Trimakasih atas kunjungannya.

Sunday, November 6, 2011

Makna Hari Raya Saraswati Bagi Masyarakat Hindu


Om swastyastu umat sedharma,
Dalam postingan kali ini tyang ingin membagikan sedikit artikel tentang makna Hari Raya Saraswati  bagi masyarakat Hindu. Artikel ini tyang buat berdasarkan apa yang tyang pelajari. Mungkin artikel ini memiliki banyak kekurangan, atau mempunyai pendapat yang berbeda dengan pembaca, tyang sebagai penulis meminta maaf sekaligus meminta kritik dan sarannya. Atas semua perhatiannya, tyang ucapkan terimakasih
Om Santih, Santih, Santih Om

MAKNA SARASWATI BAGI MASYARAKAT HINDU
Ilmu pengetahuan yang tumbuh dan mengalir seperti mata air, memberikan berbagai keindahan kepada setiap makhluk yang hidup di dunia ini. Mengalir seiring berjalannya waktu, perlahan mengalir mengikuti arah sungai hingga memenuhi lautan yang luas. Begitulah perjalanan ilmu pengetahuan yang tiada henti mengiringi setiap aktifitas dalam kehidupan dan begitulah awal munculnya kata saraswati, melihat dari sangat berharganya ilmu pengetahuan bagi kehidupan ini.
Mengenal lebih jauh dan mencoba memahami makna saraswati dalam kehidupan masyarakat Hindu adalah salah satu bentuk dari menghargai tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Hindu. Saraswati berasal dari akar kata “saras” dan “wati” dimana “saras” memiliki arti mata air, terus menerus atau sesuatu yang terus menerus mengalir, sedangkan kata “wati” berarti memiliki. Jika dirangkai secara singkat Saraswati berarti sesuatu yang memiliki sifat mengalir terus-menerus seperti layaknya mata air.
Mengalir layaknya air, itu adalah inti dari kata Saraswati sebagai sebuah pengandaian ilmu pengetahuan yang terus dibutuhkan meskipun terdapat perbedaan keadaan pada setiap zaman. Air takkan berubah meski itu besok, dua hari lagi ataupun beberapa tahun yang akan datang, begitupun ilmu pengetahuan yang selalu dibutuhkan setiap saat. Anak kecil membutuhkan ilmu, anak muda membutuhkan pengetahuan dan begitupun seterusnya takkan pernah berhenti. Begitulah pandangan masyarakat Hindu terhadap ilmu pengetahuan dan terhadap Hari Raya Saraswati.

Setiap enam bulan sekali umat Hindu memperingati hari turunnya ilmu pengetahuan, yaitu tepatnya pada saniscara umanis watugunung atau pada hari sabtu umanis wuku watugunung. Biasanya masyarakat Hindu di Bali pada hari ini mengadakan persembahyangan di pura-pura. Bagi para siswa Hindu ketika pagi datang mereka mengawali persembahyangan di sekolah masing-masing. Tak luput dengan pegawai-pegawai di setiap kantor ikut melakukan persembahyangan sebagai rasa syukur akan keindahan yang didapat karena ilmu pengetahuan.
Dentang-denting gambelan dan nyanyian keagamaan mulai terdengar merdu sambut Hari Raya Saraswati. Begitu hikmat dan menanbah kesan spiritual mewarnai pulau seribu pura ketika Hari Raya Saraswati tiba. Betapa berharga ilmu pengetahuan dimata masyarakat Hindu, hingga mereka merelakan satu hari tidak bekerja hanya untuk duduk bersila dan bersimpuh menghaturkan rasa syukur kepada Dewi Saraswati sebagai penguasa ilmu pengetahuan dan seni.
Anak kecil dengan tubuh mungilnya berjalan dengan memakai busana adat bali berjalan dengan senyum manis di pipi untuk menuju ke sekolah. Langkah kecil dengan perlahan melangkah untuk ikut menunjukkan syukurnya kepada Dewi Saraswati, menjadi awal perkembangan ilmu pengetahuan yang berbudi luhur. Betapa tidak anak kecil yang belum mengerti banyak tentang ilmu pengetahuan, dengan setia datang, berdoa dan bersyukur kepada Dewi Saraswati, ini bisa kita gunakan sebagai cerminan terhadap diri sendiri. Tidak ada salahnya meniru sifat dari anak kecil, jika pada saat itu sifat dewasa terasa kaku dan penuh perhitungan. Dan ini adalah awal yang baik bagi penerus kecil untuk belajar menghargai apa yang telah diberikan oleh Tuhan.
Seiring dengan berjalannya perkembangan zaman, makna saraswati di kalangan anak muda perlu ditingkatkan. Terlalu tipisnya iman dibandingkan logika pemikiran manusia saat ini, membuat Hari Raya Saraswati hanya berjalan dan berlalu begitu saja. Tak pernah ada lagi pembenahan diri, tak pernah menghargai siapa yang memberi namun selalu menerima apa yang diberikan. Teori mungkin mudah untuk mempelajari, namun apalah arti sebuah teori jika dalam penerapannya selalu dilupakan.
Terjatuh pada kubangan lumpur, memang bagi beberapa binatang lumpur itu bagus, tapi ingat kita bukan binatang, kita adalah manusia yang mempunyai kelebihan dibanding binatang dan tumbuhan. Lumpur disini diartikan sebagai segala dosa dan khilaf yang manusia lakukan atas dasar penyalahgunaan ilmu pengetahuan. Kenapa kita tidak mengucapkan kata sesal kita atas segala hal yang kita lakukan karena penyalahgunaan ilmu yang telah beliau berikan kepada kita? Kita hanya duduk bersila dan bersimpuh dengan pakaian mewah dan aksesoris yang indah dan memohon agar bertambah pintar sehingga mudah mendapatkan kekayaan, tapi pada kenyataannya, kepintaran yang kita dapat hanya untuk membohongi orang bodoh, menipu banyak orang untuk membuat kita tersenyum. Apalah arti ilmu pengetahuan yang mulia jika perbutan manusia saat ini hanya bisa membuat dosa dan tidak mau menyadari dosa.
Manusia terlahir membawa karmanya masing-masing, hidup untuk menebus karma. Atas dasar itu Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud Dewi Saraswati turun untuk memberikan ilmu pengetahuan agar manusia dengan pengetahuannya dapat mencari jalan untuk menebus karma yang terdahulu. Namun pada kenyataannya berlawanan arah dengan tujuan tersebut, memang di dunia ini atau di Bhuana Agung ini Rwa Bhineda harus berada dalam satu garis keseimbangan, namun jangan atas dasar itu manusia meninggalkan sifat kedewataannya dan beralih kepada sifat keraksasaan. Agama Hindu mungkin sudah mengantisipasi hal tersebut dengan Upacara Potong Gigi sebagai simbul menghilangkan sifat keraksasaan manusia. Tapi mungkin manusia sekarang sudah kebal dengan hal tersebut. Hanya bisa menjalani upacaranya tanpa tahu apa makna yang terkandung di dalamnya.
Dengan introspeksi diri orang akan bisa berjalan di jalan yang benar. Introspeksi diri mungkin tidak lagi bahasa yang aneh untuk diterka oleh telinga kita, namun apa arti introspeksi diri disini? Itu hanya sekedar rasa yang ada dalam diri, yang tumbuh dari diri sendiri sebagai tanda sebuah penyesalan yang telah dilakukan sehingga dengan rasa tersebut bisa membuat seseorang berjalan sesuai dengan ajaran Dharma. Ini bukan sesuatu yang sulit diingat, namun ini adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Kenapa bisa seperti itu? Karena manusia belum bisa memerangi enam musuh yang ada dalam dirinya, kita sebut enam musuh itu dengan Sad Ripu.
Melihat perayaan Hari Raya Saraswati saat ini hanya berdasarkan alakadarnya dan alasadarnya, yang hikmat berdoa hanyalah sulinggihnya saja, sedangkan pemedek yang duduk di belakang sulinggih bercanda gurau sambil memajangkan Hp barunya. Tidakkah ingat untuk apa kita berada di sana? Tidakkah ingat hari apa sekarang? Yang diingat adalah menyombongkan diri dengan harta yang dimilikinya. Teragis memang tapi inilah kenyataannya.
Mari kita sebagai umat Hindu menyadari kelemahan kita, mulai meletakkan ego kita, bangun Bali ini dengan kejujuran, bangun kerukunan dengan cara tidak membeda-bedakan status sosial. Jangan biarkan kita termakan oleh sifat keraksasaan kita, yang pada akhirnya akan membuat kita menderita. Rayakanlah Hari Saraswati ini walau hanya dengan bersila atau bersimpuh dengan sebuah kesederhanaan. Tuhan tidak inginkan sesuatu yang mewah, Tuhan tidak inginkan kita berpakaian mewah saat menyembahnya, hanya saja manusia yang mengatur pola pikirnya untuk selalu terlihat lebih dibanding yang lainnya. Tuhan hanya inginkan kita duduk dengan hati yang tulus iklas saat menyembahnya. Mari kita bersujud sebagai sesama mahkluk yang mempunyai kelebihan dibanding dengan yang lainnya dan memiliki kekurangan yang sama dengan mahkluk yang lainnya, bersama sama menyambut Hari Raya Saraswati sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan. Cobalah untuk bersujud dan berusaha menyadari segala bentuk dosa yang telah kita lakukan dengan cara menyalahgunakan segala pemberian Beliau dan memohon petunjuk agar hal tersebut tidak terulang kembali.
0 Comments
Tweets
Komentar

No comments:

Post a Comment