• TEMUKAN SAYA DI FACEBOOK
    Ini sebagai bentuk pertemanan antara saya dan pengunjung semuanya, Trimakasih atas kunjungannya.

Sunday, September 18, 2011

Pengertian Budaya


Budaya adalah segala hasil cipta, rasa, karsa manusia untuk membantu kehidupannya. Kesenian merupakan salah satu hasil budaya yang tercipta dari rasa karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Budaya yang berdasarkan Veda dapat menciptakan inspirasi murni dari alam berwawasan dalam hubungan menusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Dan ketika munculnya pengaruh budaya baru hendaknya dilakukan filter, berdasarkan parareman. Wujud kebudayaan Bali mencerminkan nilai-nilai Agama Hindu, yang berupa bangunan Pura, Candi, Rumah, bebanten dan yang lainnya. Wujud kebudayaan Bali mencerminkan manusia Hindu yang lugu berdasarkan nilai-nilai Agama Hindu. Budaya orang Bali beraneka ragam, sesuai dengan kemampuannya untuk memahami keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga hasil budayanya bersifat religius. Budaya yang berdasarkan religius murni dalam hati nurani manusia yang bersih, akan mencerminkan wujud luar sutu budaya yang adi luhung. Wujud murni dalam hati nurani manusia yang bersih akan mencerminkan wujud luar suatu budaya yang luhur. Tri Murti adalah konsep realisasi konservasi kebudayaan Bali menuju perkembangan kebudayaan Bali kemasa depan. Demokrasi dapat diwujudkan dalam desa pekraman untuk sebagai media pendidikan informal pada masyarakat di Bali.(I Made Karda, dkk:105)
Ida Pedanda Gede Made Gunung, menyatakan tentang Budaya, “Matras drestah iti rsih”yang artinya yang menerima wahyu itu adalah Rsi (Nabi dalam istilah agama lain) Rsi-rsi penerima wahyu yang kemudian mengumpulkan, menghimpun, menyuratkan dan sekaligus menyebarkan wahyu tersebut. Dalam hal ini tidak ada disebutkan bahwa Rsi itu pencipta wahyu, mengkarsai, olah rasa sesuai dengan konsep kebudayaan. Tapi pada kenyataannya Rsi itu adalah manusia. Jadi veda yang berasal dari wahyu bukan budaya. Karena hasil budaya manusia sesuai dengan lingkungannya. Di India realisasi veda lebih menonjolkan inti dari agama Tattwa, tetapi di Bali pengalaman menyatakan bahwa lebih menonjolkan unsur Panca Yadnya yang dapat membangkitkan kesemarakan dalam beryadnya sehingga Bali menjadi terkenal dengan Budaya Hindunya, bukan filsafat Hindunya. Antara daerah yang satu dengan yang lainnya di Bali tidak sama, sehingga memunculkan konsep Desa, Kala, Patra,Negara Mawa Tata dan Desa Mawacara. Budaya Hindu di India tidak cocok diterapkan di Bali, demikian juga sebaliknya budaya Hindu di Bali tidak cocok diterapkan di India. Kebudayaan Bali mencerminkan manusia Bali yang bersifat religius yang melahirkan budaya bersih suci dan murni, dengan inspirasi ajaran Agama yang bersumber dari Veda. Dari uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa, kebudayaan Bali adalah mencerminkan manusia Bali yang religius, jadi yang dapat diangkat dalam budaya lokal adalah budaya religius.
Gunadha menyatakan tentang Budaya adalah semua aktifitas manusia yang dipergunakan untuk mencapai kesejahtraan dalam kehidupan masyarakat di Bali  merupakan wujud nyata dari kebudayaan. Kemampuan dari masyarakat di bali untuk menterjemahkan ajaran Veda yang abstrak menjadi wujud riil antara manusia dengan Tuhan, terhubung dengan hasil budaya itu. Hasil-hasil kebudayaan orang Bali bersumber dari Agama Hindu yang bersifat religius. Yang dapat dipakai sebagai contoh yaitu sekumpulan batu padas, setelah disentuh dengan nilai-nilai agama dapat disebut Padmasana, Candi Bentar, Candi Kurung, Sedahan, Ratu Ngerurah dan yang lainnya. Air yang berada di pancoran atau mata air setelah disentuh dengan nilai-nilai Agama dapat berwujud bermacam-macam Tirtha, seperti : Tirtha penglukat, Tirtha Kahyangan Tiga, Tirtha Kahyangan Jagat, Tirtha Pangentas dan yang lainnya. Demikian juga dengan janur disentuh dengan nilai Agama dapat berwujud Canang, taledan, daksina, sampyan dan yang lain sebagainya.
Adiputra menyatakan tentang budaya yaitu penglukika (logika), genah dan lingih, wiweka, Jnana berfikir terhadap masalah mana yang baik dan mana yang salah. Benar menurut linggih dimana kita berada dan apa yang harus diperbuat, dan apa yang harus dilakukan. Suatu contoh : jika bupati berada di desa pekraman dia harus menghormati Kelian dinas atau kelian tempekan sebagai pemimpinnya dalam rapat tersebut. Demikian juga dengan konsep karmaphala artinya : apa yang diperbuat itulah yang akan dinikmati hasilnya nanti (Ala ginawe ala tinemu). Sebab semua aktivitas manusia yang dipergunakan untuk mencapai kesejahtraan dalam kehidupan masyarakat di Bali merupakan wujud nyata dari kebudayaan. Kemampuan dari masyarakat di Bali untuk menterjemahkan ajaran weda yang abstrak menjadi wujud riil antara manusia dengan Tuhan, terhubung dari hasil budaya itu.hasil-hasil kebudayaan orang Bali dilandasi oleh nilai-nilai agama sehingga kebudayaan Bali bersumber dari Agama Hindu yang bersifat religius. Demikian juga halnya bahwa orang Bali sesungguhnya adalah orang lugu (berlaku apa adanya), jika ia tidak bisa, di benar-benar mengatakan tidak bisa. Kadangkala ia sudah bisa tidak mau menunjukkan keahliannya, dia masih merendahkan diri. Budaya orang bali terkait dengan keluguannya, yang dapat menemukan sikap fair, kadangkala ia lebih suka untuk merendahkan diri. Dari uraian tersebut diatas menunjukakann bahwa kebudayaan Bali bersifat wiweka atau berfikir dengan cara pengungkapan yang berbeda-beda, jadi yang dapat diangkat dalam budaya lokal adalah budaya berfikir dengan menekankan keluguan orang Bali berpikir dengan apa adanya dan suka merendahkan diri, bukan berarti rendah diri.
Wirta menyatakan budaya adalah sebuah ide baru yang selalu hidup dan berkembang untuk membangun dirinya dan membangun lingkungannya sebagai inspirasi dari penjabaran keyakinannya secara terselubung. Seperti menbangun kota budaya semata-mata membangun sarana fisik kota yang khas pada budaya setempat. Manusia yang berbudaya yang selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai kegiatan hidup berdasarkan kesadaran budhi nurani. Kesadaran budhi yang menjaga wahana kesucian atma memperkuat pikiran. Pikiran yang kuat mampu mengendalikan gejolak indriya. Indriya terkendali oleh pikiran yang kuat itulah yang mengekspresikan perilaku budaya yang tinggi. Paradigma baru dibidang budaya diharapkan agar dalam mengekspresikan idenya tidak bertentangan dengan adat istiadat yang hidup di Bali. Seperti awig-awig, norma-norma yang ada di lingkungan kita yang sering disebut dengan desa pekraman. (I Made Karda, dkk:139-146).

0 Comments
Tweets
Komentar

No comments:

Post a Comment