• TEMUKAN SAYA DI FACEBOOK
    Ini sebagai bentuk pertemanan antara saya dan pengunjung semuanya, Trimakasih atas kunjungannya.

Thursday, September 22, 2011

Yadnya Bukan Pemborosan


Kalau kita perhatikan tata kehidupan Agama-agama besar di dunia, ada ciri-ciri khas mengenai pelaksanaan ibadah agamanya masing-masing, keanekaragaman ini dilatarbrlakangi oleh historis kehidupan para Nabi maupun tokoh-tokoh Agama yang berbeda-beda. Hal ini bukanlah berarti obyek persembahan, bebaktian, dan penghormatan itu banyak dalam arti lebih daripada satu melainkan hanyalah satu yaitu kepada Tuhan saja.
Dalam Weda ada menyebutkan “ekam sat wiprah bahuda wadanti”, yang artnya Tuhan itu hanya satu tetapi oarang-orang yang bijaksana menyebutkan dengan banyak nama. Jadi untuk bersatu dengan Tuhan ditempuh dengan berbagai jalan, seperti misalnya anak sungai yang ada di penjuru arah mata angin akan bersatu dengan asalnya yaitu samudra.
Bagi kita umat Hindu di Bali dalam menyatakan rasa bakti kepada Hyang Widhi dengan jalan catur marga dan catur marga ini dijiwai dengan Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, yakni Tattwa, susila, dan ritual. Disamping juga Panca Srada sebagai pokok ajaran Agama Hindu dalam menjalankan aktivitas keagamaan hendaknya ketiga kerangka itu berjalan secara berdampingan, selaras, serasi, dan seimbang. Sehingga dengan demikian akan terwujud tujuan Agama Hindu, “moksartham jagadhitaya ca iti dharma”.
Kita masih banyak mendengar di kalangan masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan yang masih rendah atau masyarakat yang masih memegang tradisi kepercayaan yang “Gugon tuwon” (mule keto). Sebab mereka tidak menyadari akan kemajuan iptek pada era pembangunan sekarang ini.
Mereka mengatakan bahkan mungkin dari umat lain , bahwa Agama Hindu pelaksanaan ajaran agamanya didominasi oleh tata pelaksanaan upacara semata. Sehingga kalau dipandang sebelah mata nampak suatu pemborosan secara berlebihan.
Nah disinilah kaula muda Hindu, sebagai duta-duta dharma, ditantang untuk berbuat lebih banyak. Bukan saja bidang Yadnya tapi meliputi seluruh bidangkehidupan di masyarakat, agar mampu menghancurkan benteng kegelapan umat secara interen, dan bila mungkin kepada umat lain kalau ada pertanyaan semacam itu, agar agama HIndu tidak dikatakan Agama Budaya yang timbul dari tradisi-tradisi nenek moyang yang kita warisi secara turun temurun.
Kemudian timbul lagi pertanyaan, mengapa dan apa sebabnya bentuk-bentuk Yadnya itu beraneka warna dan beraneka ragam yang kita lihat di Bali khususnya?, disinilah letak kelebihan Agama Hindu yang berkembang di Bali memiliki kemampuan untuk mengadakan percampuran yang harmonis dengan seni dan budaya.
Seni adalah suatu keindahan yang berdasarkan keselarasan/keharmonisan dan keteraturan. Hyang Widhi menyatakan diri melalui keindahan alam maya ini, maka itu untuk dapat membayangkan adanya Hyang Widhi. Umat Hindu mempergunakan sesaji yang disusun rapi dipakai sebagai sarana untuk persembahyangan. Sarana ini disamping menggambarkan juga melambangkan kekuatan dari Hyng Widhi misalnya dupa/dipa (brahma), air (Wisny), dan kembang (Ciwa).
Disamping itu kita juga melihat adanya berbagai jenis lukisan yang terpampang pada bangunan suci maupun pada rumah pribadi dan perkantoran, serta ukiran pada berbagai jenis kayu. Semuanya ini menunjukkan segala aktifitas kehidupan selalu dijiwai oleh jiwa Agama Hindu sehingga realitasnya kita hidup secara rukun dan aman.

0 Comments
Tweets
Komentar

No comments:

Post a Comment