Penelokan adalah salah satu objek wisata di
Bali, yaitu tepatnya berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Penelokan yang terletak di tepi Gunung Batur ini adalah tempat yang paling
indah untuk melihat pemandangan Gunung Batur dan danaunya. Di sini terdapat
Gunung berapi kecil, gunung ini masih aktif sampai letusan yang besar, yaitu
terjadi pada tahun 1917, dimana letusan tersebut telah mengambil ribuan nyawa
dan menghancurkan ratusan rumah penduduk Desa Batur Tua yang berada di dasar
kaldera Batur.
Penduduk yang masih tersisa mengungsi ke Desa
Batur, pura Ulun Danu yang berada di lembah Gunung Batur, juga pindah ke Desa
Batur yang ada sekarang ini, tapi sampai sekarang pura Ulun Danu batur
yang ada di penolokan masih menjadi pusat kegiatan pemujaan penduduk setempat
dan Bali. Menempati bagian tengah pegunungan dan dataran tinggi pulau Bali, suhu
udara di daerah Kintamani, Bangli ini cukup sejuk bahkan sangat dingin di malam
hari untuk wilayah Kintamani.
Pada musim-musim tertentu biasanya musim
penghujan, akan disertai turunnya kabut. Bangli letaknya di tengah-tengah
pulau Bali, salah satu kabupaten di Bali yang tidak punya pesisir
pantai, berada pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut,
menyebakan wilayah ini sangat sejuk, tumbuh-tumbuhan, tumbuh subur di sana.
Pesona alamnya yang indah yaitu pemandangan Danau Batur yang merupakan danau
terbesar di Bali dan Gunung Batur salah satu Gunung berapi yang masih aktif,
yang berdiri di tengah-tengah kaldera membuat daerah ini menjadi salah satu
tujuan wisata paling favorit di Bali.
Selain keindahan alamnya, di Kecamatan
Kintamani yaitu khususnya di Desa Penelokan juga terdapat Museum Vulkanologi
Kintamani atau juga disebut dengan Museum Gunung Api Batur.
Museum Gunung Api Batur terletak di Taman
Wisata Alam (TWA) Penelokan, Kintamani, Bangli, Bali yang menempati lahan
seluas 1,09 hektar. Museum yang diresmikan tanggal 10 Mei 2007 oleh Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro ini memiliki panorama
yang indah dan berhawa sejuk.
Keberadaan museum kini semakin melengkapi
obyek wisata di kawasan Kintamani yang memang terkenal memiliki panorama alam
yang elok. Sejak dibuka dua tahun lalu, Museum Gunung Api Batur telah
dikunjungi wisatawan. Bahkan pada musim liburan anak-anak sekolah kunjungan
wisatawan meningkat tajam.
Pembangunan museum gunung api yang memiliki
fungsi pendidikan, ilmu pengetahuan dan pariwisata ini antara lain dilandasi
pertimbangan bahwa Indonesia tempat sekitar 13 % gunung api aktif di dunia.
Jumlah ini lebih banyak di banding gunung api di Amerika, Jepang, Perancis,
Italia dan negara lain. Saat ini terdapat 500 gunung api di Indonesia. Sebanyak
129 diantaranya dikategorikan sebagai gunung api aktif yang tersebar di Sumatera,
Jawa, Bali, NTT, Kepulauan Banda, Halmahera hingga Sulawesi.
|
Musium Gunung Batur |
Bangunan museum terdiri tiga lantai. Pada
lantai 1, memasuki museum kita melangkah di Areal Loby. Di areal ini terdapat
lukisan grafis tentang mitologi perpindahan sebagian puncak gunung Semeru di
Jawa Dwipa Wetan (Jawa Timur) ke Bali Dwipa (Bali) oleh Bedawang Nala dkk atas
perintah Hyang Pasupati. Setelah tiba di Bali, puncak gunung Semeru yang
ditangan kanan menjadi gunung Agung. Sedang yang ditangan kiri menjadi gunung
Batur.
Panel yang menunjukkan Gunung
Batur meletus merupakan salah satu bagian menarik di Museum Gunung Berapi
Kintamani. Panel ini berada di lantai satu museum tiga lantai tersebut. Lantai
satu memang khusus untuk panel-panel informasi terkait dengan gunung berapi di
dunia maupun Indonesia selain juga untuk loket pembayaran bagi pengunjung. Tiap
pengunjung membayar Rp 5000 untuk menjelajah museum seluas 5000 meter persegi
ini.
Salah satu panel menyampaikan
informasi tentang aneka gunung berapi di dunia. Panel yang ditempel di dinding
ini lebarnya sekitar 3×2 meter persegi. Ada peta dunia dalam bentuk tiga
dimensi di panel tersebut. Di depan peta tiga dimensi itu ada panel lain
berukuran lebih kecil. Di panel kecil ini ada daftar nama-nama gunung berapi di
dunia. Nah, kalau kita pencet nama tersebut, maka panel besar di dinding akan
menyala menunjukkan di bagian mana gunung berapi tersebut.
Panel lain memperlihatkan
daftar gunung berapi di Indonesia. Bentuk dan sistem operasinya sama persis
dengan panel pertama. Cuma kali ini hanya daftar gunung berapi di Indonesia.
Selain panel-panel itu tadi, pengunjung juga bisa melakukan simulasi komputer
di lantai satu ini tentang bagaimana proses meletusnya gunung berapi. Ada pula
foto-foto wajah gunung berapi di Indonesia.
Masih di lantai satu, bagian
lain yang sebenarnya menarik adalah maket tiga dimensi tentang proses
meletusnya Gunung Batur. Maket ini mirip peta tiga dimensi yang biasa ada di
kantor atau lembaga. Peta tiga dimensi ini biasanya bisa digunakan seperti
simulasi. Jadi kalau tombolnya di tekan, maka Gunung Batur kecil itu akan mengeluarkan abu,
seperti bagaimana proses Gunung Batur tersebut meletus.
Secara umum, lantai satu pada
musium Gunung Batur ini memang berisi informasi tentang gunung berapi di dunia
maupun di Indonesia. Lalu ada pula papan-papan informasi tentang meletusnya
Gunung Batur. Salah satu papan menunjukkan bahwa Gunung Batur pernah meletus
hingga 26 kali dalam kurun waktu tahun 1804 hingga 2000. Menurut papan informasi
tersebut, letusan paling lama terjadi pada 1963. Letusan tersebut dimulai pada
5 September 1963 hingga 10 Mei 1964 dengan lelehan lava dari puncak ke bawah.
Artinya, selama sembilan bulan Gunung Batur mengeluarkan lava.
Di lantai satu juga terdapat
papan informasi bagaimana pemantauan gunung berapi dilakukan serta bagaimana
cara menyelamatkan diri ketika gunung api meletus. Di bagian lain lantai satu
terdapat benda-benda tiga dimensi terkait gunung berapi. Misalnya alat
pemantauan seperti teropong. Lalu ada pula jenis-jenis batu yang dikeluarkan
gunung berapi ketika meletus atau yang ada di dalamnya. Salah satunya adalah
batu belerang berwarna kuning setinggi sekitar 50 cm. Benda-benda ini berada
dekat tangga menuju lantai dua.
Berbeda dengan lantai satu
yang menampilkan informasi, lantai dua merupakan tempat untuk banyak ruangan.
Misalnya ruang pertemuan dengan kapasitas 20 orang. Menurut petugas, ruang
pertemuan alias meeting room ini disewakan untuk umum. Bagus juga sih
sekali-kali bikin pertemuan di ruang adem ini.
Di lantai dua juga terdapat
aula besar yang biasa dipakai untuk menonton film tentang gunung berapi.
Ruangan ini bisa memuat sekitar 100 orang dengan kursi dan layar layaknya
gedung bioskop. Film ini diputar berdasarkan permintaan dan jumlah pengunjung
yang mau menonton.
Karena lebih banyak berupa
ruangan kerja ini pula, maka lantai dua tidak terlalu menarik. Untungnya ada
ruang pemantauan kondisi Gunung dan Danau Batur di lantai dua ini. Namun,
pengunjung harus mendaki tangga lagi menuju ruang pemantauan yang posisinya ada
di pojok arah timur laut dari musium Gunung Batur.
Di sana ada tiga teropong yang
bisa dipakai pengunjung untuk melihat keindahan dari Gunung Batur dan Danau
Batur. Perlu diingat teropong pemantauan ini tidak selalu terbuka untuk umum.