• TEMUKAN SAYA DI FACEBOOK
    Ini sebagai bentuk pertemanan antara saya dan pengunjung semuanya, Trimakasih atas kunjungannya.

Sunday, November 20, 2011

Terunyan-Kintamani


Untuk mencapai  Desa Trunyan,  anda akan terlebih dahulu melewati obyek wisata penelokan. Dari Denpasar anda akan menempuh jarak kurang lebih 65 km dan dari ibu kota bangli akan menempuh jarak 23 km. Sebelum anda tiba di Desa Terunyan anda sebelunya akan disuguhkan berbagai keindahan alam dari Gunung Batur dan Danau Batur. Disana anda akan dapat melihat  pemandangan alam sekitar melihat panorama  pegunungan dengan hembusan angin yang menyejukkan, sisa -sisa lahar yang membeku dan berwarna hitam yang tersebar merata hampir di seluruh kawasan menjadi suatu daya tarik bagi setiap pengunjung.  Sedangkan rute obyek yang dilalui, menghubungkan wisata Kawasan Batur dengan wisata Tampaksiring dan Pura Besakih.
Untuk melengkapi fasilitas wisata yang ada di Kawasan Batur di Desa Kedisan dibangun sebuah dermaga boat  yang khusus melayani penyebrangan menuju ke Trunyan. Untuk satu buah motor boat, biasanya maksimal mampu menampung tujuh orang wisatawan. Dengan tariff angkutan yang terjangkau yaitu Rp 250,000,- per tujuh orangnya dan  para wisatawan dapat mengelilingi wisata danau Batur. Dalam waktu tempuh kurang lebih satu jam. Wisatawan bisa  benar-benar terpuaskan apabila berkunjung sambil mengelilingi Danau Batur.
Pemakaman di Terunyan
Desa Trunyan yang memiliki banyak keunikan terletak di pinggir danau Batur dan dikelilingi tebing bukit. Terbentuknya nama Terunyan ini berawal dari sebuah kisah yaitu dahulu ada sebuah pohon Taru Menyan yang menebarkan bau sangat harum  sehingga mendorong Ratu Gede Pancering jagat untuk mendatangi sumber bau tersebut. Beliau bertemu dengan Ida Ratu Ayu Dalem Pingit di sekitar pohon cemara landing.  Disanalah kemudian mereka kawin dan disaksikan oleh penduduk desa hutan landung yang sedang berburu. Taru menyan itulah yang telah berubah menjadi seorang dewi yang tidak lain adalah istri dari Ida Ratu pancering jagat.  Sebelum meresmikan pernikahan, Ratu Gede mengajak orang desa cemara landung untuk mendirikan sebuah desa bernama taru menyan yang lama kelamaan menjadi Trunyan. Desa ini tepatnya berada di kecamatan Kintamani, kabupaten bangli.
Konon penduduk didaerah trunyan adalah penduduk asli Bali, sebelum kedatangan penduduk Bali yang merupakan keturunan "Mojopahit". Didaerah trunyan, penduduk memiliki adat pemakaman yang cukup unik. Dimana bila ada warga yang meninggal, jenasah "dimakamkan" di atas batu besar yang memiliki cekungan 7 buah. Cekungan itu sendiri terbentuk secara alamiah saat Gunung Agung meletus. Jenasah hanya diletakkan begitu saja diatas cekungan batu dengan hanya dipagari bambu anyam secukupnya. Uniknya, meskipun sudah berhari-hari dan tidak di"balsem" tetapi jenasah sama sekali tidak bau.
Taru Menyan
Rahasia mayat-mayat tidak menyebarkan bau busuk ternyata terletak pada pohon Taru Menyan yang dibiarkan tumbuh lestari dan rimbun di sekitar tempat pemakaman tersebut. Bau harum yang dikeluarkan oleh pohon Taru Menyan ini mengalahkan bau busuk yang dikeluarkan oleh jenazah yang membusuk sampai akhirnya tinggal kerangka tulang. Saya sendiri menyaksikan dari jarak kurang dari 1 meter jenasah yang sudah berumur 3 minggu, tetapi tidak sedikitpun tercium bau busuk. Konon nama Desa Trunyan diambil dari nama pohon Taru Menyan ini.
Desa ini memiliki tiga jenis kuburan, yang terdiri dari kuburan utama, diperuntukkan bagi jenazah orang yang dianggap paling suci/baik dan meninggal secara wajar dengan jazad utuh. Biasanya orang -orang yang dikuburkan disini adalah pemuka agama dan pemimpin atau pemuka adat dan lain-lain yang dihormati. Kuburan yang kedua adalah kuburan bagi orang dewasa dan bayi yang meninggal dengan jasad utuh. Sedangkan untuk kuburan yang terakhir adalah kuburan bagi orang-orang yang meninggal secara tidak wajar seperti dikarenakan bunuh diri, bencana alam atau kecelakaan lalu lintas dan sebagainya yang jenazahnya tidak lengkap atau cacat.
Yang perlu menjadi perhatian bila ke trunyan adalah para "Guide"-nya !. Hati-hati dengan para "Guide" liar disana, karena pada awalnya mereka cukup ramah dengan menawarkan jasa untuk mendampingi kita melihat-lihat dan menceritakan hal-hal yang terkait dengan "trunyan". Tetapi pada saat kita hendak pulang, mereka akan mendesak kita terus untuk memberikan uang jasa "Guide".
0 Comments
Tweets
Komentar

No comments:

Post a Comment