• TEMUKAN SAYA DI FACEBOOK
    Ini sebagai bentuk pertemanan antara saya dan pengunjung semuanya, Trimakasih atas kunjungannya.

Sunday, November 20, 2011

Pura Kehen-Bangli



Pura Kehen yang terletak di kaki Bukit Bangli, 2 km dari Kota Bangli yaitu tepatnya terletak di Desa Cempaga, Bangli, memiliki banyak keunikan. Selain letaknya yang strategis, pada pintu masuk pura tidak menggunakan Candi Bentar seperti pada Pura Kahyangan Jagat umumnya. Pintu masuk Pura Kehen memang agak berbeda, yakni menggunakan Candi Kurung. Di samping itu, keberadaan Bale Kulkul pada batang pohon Beringin turut memberi warna lain bagi Pura Kehen yang menjadi salah satu objek pariwisata unggulan Kota Bangli. Meski telah ditemukan tiga prasasti tentang Pura Kehen, namun belum dapat dipastikan kapan sebetulnya pura tersebut didirikan, dan apa yang menjadi asal-usul nama Kehen itu sendiri. Berdasarkan prasasti ketiga yang berangka tahun 1204 Masehi disebutkan beberapa pura yang mempunyai hubungan kesatuan meliputi Pura Hyang Hatu, Hyang Kedaton, Hyang Daha Bangli, Hyang Pande, Hyang Wukir, Hyang Tegal, Hyang Waringin, Hyang Pahumbukan, Hyang Buhitan, Hyang Peken Lor, Hyang Peken Kidul dan Hyang Kehen. Kehen sendiri diperkirakan berasal dari kata keren (tempat api), bila  dihubungkan dengan prasasti pertama yang berbahasa Sansekerta, namun tidak  mempunyai angka tahun. Dimana di dalamnya menyebutkan kata-kata Hyang Api, Hyang Karinama, Hyang Tanda serta nama-nama biksu.
Pura Kehen merupakan Pura Kahyangan Jagat di Bangli. Sebagai Pura Kahyangan Jagat, setiap upacara yang dilaksanakan di Pura Kehen, desa yang tergabung dalam Gebog Domas (gebog berarti tatanan masyarakat, domas berarti 800) dan Bebanuan Pura Kehen memiliki peran masing-masing, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan. Dalam hal wewangunan misalnya, Banjar Kawan bertanggung jawab untuk membangun warung matanding, Banjar Tegal membuat Penyawang, Sanggar Tawang Tutuan, Bale Gading dan Bale Timbang. Banjar Pekuwon membangun warung pamuspaan, Banjar Pule membangun warung ilen-ilen, Banjar Blungbang membangun warung mejahitan. Untuk Banjar Gunaksa dan Sidembunut bertugas membangun linggih bhatara Perampean, Banjar Kubu membangun linggih bhatara Melasti, tutuan, panggungan dan
pawedaan. Banjar Geria membangun sanggar agung peselang, sanggar agung pemalik sumpahan. Banjar Bebalang membangung Bale Perayungan dan Banjar Nyalian membangun warung peratengan.
Pembagian tugas tersebut dilakukan berdasarkan dresta dan sukat yang telah dilaksankan dari tahun-ketahun dan tidak akan pernah diubah atau ditukar-tukar. Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas masing-masing, juga memunculkan semangat kebersamaan dan saling memiliki terhadap karya (Piodalan) yang berlangsung di Pura Kehen.
Pemangku di Pura Kehen berjumlah 33 orang yang terbagi atas dua golongan, yakni Dangka dan Pemaksan. Dangka terdiri dari 16 orang pemangku yang bertugas sebagai pangempon khusus perampean atau pelinggih-pelinggih di jeroan. Sedangkan Pemaksan yang terdiri dari 17 orang bertugas sebagai pembantu Dangka.
Upacara piodalan di Pura Kehen ini  diadakan pada "Budha Kliwon Shinta" dan Upacara Ngusaba diadakan setiap tiga tahun sekali yang jatuh pada "Purnama Kelima" sekitar Bulan Nopember.
Ketika odalan pura dirayakan , tarian Rejang yang sakral ditampilkan. Jenis tarian yang langka ditarikan saat piodalan,  termasuk Baris Presi yaitu baris yang terdiri dari 8 pria dengan perisai , Baris dadap  yaitu baris yang ditarikan oleh penari pria dengan perisai terbuat dari kayu dadap dan Baris Jogor yaitu tari baris yang ditarikan oleh 8 pria dalam satu garis dengan membawa tombak.
0 Comments
Tweets
Komentar

No comments:

Post a Comment