• TEMUKAN SAYA DI FACEBOOK
    Ini sebagai bentuk pertemanan antara saya dan pengunjung semuanya, Trimakasih atas kunjungannya.

Monday, November 21, 2011

Pura Penataran Sasih-Gianyar

Candi Bentar Pura Penataran Sasih
Pura ini terletak di Desa Pejeng di tepi jalan raya menuju obyek wisata Tampaksiring. Pura ini terkenal karena terdapat sebuah nekara yang amat besar,dengan tinggi 186,5 cm dan berdiameter 160 cm. Nekara perunggu yang berasal dari jaman prasejarah (jaman pra hindu) terkenal dengan nama bulan pejeng  yang  berarti bulan yang jatuh ke bumi. Nekara perunggu yang terdapat di Pura Penataran Sasih mengandung nilai simbolis magis yang sangat tinggi. Pada nekara tersebut terdapat hiasan kodok muka sebagai sarana penghormatan pada leluhur sebagai pelindung. Dalam kaitannya ini simbolis magis tersebut berfungsi sebagai media untuk memohon hujan. Bulan Pejeng ini juga dianggap sebagai subang Kebo Iwa. Sejumlah arca arca kuno penting terdapat dalam pura ini. Dinamakan pura penataran sasih karena diambil dari danya bulan Pejeng (Sasih berarti bulan).

Pura Penataran Sasih juga merupakan pura penataran sekaligus sebagai pemujaan awal terjadinya kehidupan di dunia. Sedangkan jika berpijak dari hasil penelitian terhadap peninggalan benda-benda kuno di areal pura, maka diduga Pura Penataran Sasih telah ada sebelum pengaruh Hindu masuk ke Bali. Diperkirakan hal tersebut setara dengan zaman Dongson di negeri Cina, sekitar 300 tahun Sebelum Masehi. Sementara itu adanya Hindu masuk ke Bali diperkirakan sekitar abad ke-8.

Di Pura Penataran Sasih ini terdapat beberapa peninggalan purbakala, baik yang berasal dari tahun 300 SM maupun pada abad X Masehi dan pada abad XIV Masehi. Nekara yang disebut oleh masyarakat sebagai ''bulan Pejeng'' itu peninggalan purbakala tahun 300 SM. Sedangkan berdasarkan pecahan prasasti yang dijumpai di Pura Penataran Sasih sudah ada pada abad X Masehi. Hal ini didasarkan pada huruf Kawi dan bahasa Sansekerta yang digunakan oleh prasasti tersebut.
 
Di samping nekara perunggu, di Pura Penataran Sasih juga terdapat peninggalan berupa pecahan prasasti yang ditulis pada batu padas. Hanya tulisan yang mempergunakan bahasa Kawi dan Sansekerta itu tidak bisa dibaca karena termakan usia. Namun, dari hasil penelitian yang dilakukan, ada kemungkinan pecahan prasasti tersebut berasal dari abad ke-9 atau permulaan abad ke-10. Di Pura Penataran Sasih juga tersimpan pula beberapa peninggalan masa Hindu masuk ke Bali, seperti prasasti dari batu yang berlokasi di jeroan di bagian selatan. Prasasti tersebut berkarakter huruf dari abad ke-10. Di bagian jaba pura, di sebelah tenggara ada fragmen atau bekas bangunan memuat prasasti beraksara kediri kwadrat (segi empat) yang menyebutkan Parad Sang Hyang Dharma yang artinya bangunan suci.
Pura Penataran Sasih sendiri terdiri atas lima palebaan, meliputi Pura Penataran Sasih sebagai pura induk. Bagian utara terdapat Pura Taman Sari, Pura Ratu Pasek, dan Pura Bale Agung. Sedangkan untuk bagian selatan terdapat Pura Ibu. Untuk areal Pura Penataran Sasih terutama di jeroan terdapat beberapa pelinggih. Dari pintu masuk, pada sisi jaba tengah terdapat bangunan Padma Kurung sebagai tempat penyimpenan Sang Hyang Jaran.
Deretan bagian timur terdapat bangunan pengaruman yang biasanya difungsikan sebagai tempat menstanakan simbol-simbol Ida Batara dari Pura Kahyangan Tiga di seluruh Pejeng. Pada bagian utara balai pengaruman terdapat pelinggih Ratu Sasih. Di samping itu, ada pula pesimpangan Ida Batara Gana dan gedong pasimpangan Ida Batara Brahma di deret selatan. Sementara itu, pada bagian utara terdapat gedong pasimpangan Batara Wisnu, dan di bagian barat terdapat gedong pasimpangan Batara Mahadewa.
Piodalan atau Upacara Yadnya di Pura Penataran Sasih ini terbagi dalam dua bagian. Bagian yang pertama yaitu upacara panyelah dirayakan setiap 210 hari tepatnya Redite Umanis, wuku Langkir, yang berlangsung selama tiga hari. Sedangkan bagian yang kedua yaitu untuk karya agung berlangsung pada purnama kesanga, nemu pasah.
Di Pura Penataran Sasih terdapat salah satu tarian sakral Bali yakni tarian Sang Hyang Jaran. Tarian tersebut dipentaskan bilamana di Pura Penataran Sasih diselenggarakan upacara besar seperti upacara ngenteg linggih dan caru balik sumpah. Tarian ini biasanya dibawakan oleh empat orang penari. Bahkan, untuk penarinya ini bukanlah orang sembarangan. Untuk penari biasanya akan hadir beberapa waktu sebelum tarian tersebut dipentaskan. Kehadirannya tersebut terjadi secara mendadak atas petunjuk sesuhunan. Orang tersebut akan tiba-tiba karauhan (kesurupan). Orang yang karauhan tersebut bisa saja warga dari luar daerah Pejeng.

0 Comments
Tweets
Komentar

No comments:

Post a Comment