
Saat ini, lebih dari 3000 spesies kecoak menghuni
planet Bumi. Mereka tinggal di dalam rumah, menyusup ke rumah sakit, merangkak
di bawah meja restoran, memenjat seluruh sanitasi, terbang diantara sampah,
sampai berkeliaran di asar hutan lebat Amazon.
Binatang ini mampu hidup selama sebulan tanpa
kepalanya, sampai akhirnya mati kelaparan. Betul, kecoak tidak butuh kepala
untuk bernafas, bahkan otak
sebagai alat control tubuh. Kehilangan kepala tidak
membuatnya kehilangan darah seperti kita.
Ketahanan lipas diimbangi pula dengan cepatnya
berkembang biak. Dalam sebulan ia bisa menghasilkan lipas yunior lebih dari 40
ekor. Mereka kaum omnivore. Makan apa saja. Feses, lem, sisa makanan di dapur, organism
mati (termasuk mayat manusia), keturunannya sendiri, bahkan bir dilahapnya.
Selain menjijikkan kebanyakan orang (bahkan
beberapa orang begitu fobia padanya), kecoa dituding sebagai penyebar bakteri
dan penyakit. Juga dituduh menyebabkan gangguan pernafasan dan pemicu asma,
serta mengontaminasi makanan. Tapi apakah kehairan kecoak di dunia ini tidak
ada gunanya sama sekali?

Selain itu kecoak ternyata mengandung protein
yang tinggi. Layak santap dong? Tepat sekali, asal anda tidak merasa jijik. Cara
memasaknya, cabut dulu semua kaki dan sayapnya. Potong bagian kepala, dan buat
irisan di tengah badan. Sebelum dipanggang, ampur dengan bawang dan garam,
hmmmmm lezattt…
Kalau anda tidak tega membunuhnya, silakan
dipelihara. Saat ini ada saja yang menjadikan kecoa sebagai serangga
peliharaan. Anda tertarik..??
sumber: Bali Agaeisi 23 Desember s/d 29 Desember 2010