• TEMUKAN SAYA DI FACEBOOK
    Ini sebagai bentuk pertemanan antara saya dan pengunjung semuanya, Trimakasih atas kunjungannya.

Sunday, September 25, 2011

Asal-usul Istilah Pura di Bali


Istilah Pura digunakan sebagai tempat pemujaan umat Hindu di Bali (Indonesia) diperkirakan pada zaman Dalem berkuasa di Bali. Sebelum dikenal istilah pura, untuk menunjukkan tempat pemujaan umat Hindu di Bali dikenal istilah Kahyangan atau Hyang. Bahkan pada zaman Bali Kuno dipakai istilah “ulon” yang berarti tempat suci atau tempat yang dipakai untuk berhubungan dengan Tuhan. Hal ini dibuat dalam prasasti sukawana Al (th. 882 M).
Demikian juga Prasasti Pura Kehen menyebutkan istilah Hyang. Menurut Lontar Usaha Dewa Empu Kuturanlah yang mengajarkan umat Hindu di Bali membuat Kahyangan Dewa seperti cara membuat pemujaan Dewa di Jawa Timur. Mpu Kuturan adalah tokoh Hindu yang berasal dari Jawa datang ke Bali pada waktu pemerintahan Raja Marakata dan anak wunsu putra raja Udayana.
Kedatangan Mpu Kuturan ke Bali banyak membawa pengorbanan-pengorbanan tata keagamaan. Mpu Kuturan yang mengajarkan semua Sad Kahyangan Jagat, Kahyangan Catur Lokapala, Kahyangan Rwabineda di Bali. Beliaulah yang memperbesar Pura Besakih dan mendirikan pelinggih meru, gedong dan lain-lainnya. Beliau pula yang mengajarkan pendirian kahyangan tiga di tiap desa adat di Bali. Selain beliau mengajarkan pembuatan Kahyangan Tiga secara fisik, juga beliau mengajarkan pembuatan secara spiritual misalnya : jenis-jenis upacara, jenis-jenis pedagingan, pelinggih dan sebagainya seperti yang diuraikan dalam rontar DewaTattwa. Sebelum dinasti dalem memerintah di Bali istana raja disebut  Kedaton atau Keraton.
Setelah zaman Dalem istana raja disebut “Pura”. Hal ini disebabkan menurut negara Kertagama menyebutkan bahwa apa yang berlaku di Majapahit diperlukan pula di Bali oleh dinasti Dalem.
Demikian Keraton Dalem di Samprangan disebut Linggarsa Pura, Keraton Dalem di Gelgel disebut Suweca Pura dan Keraton Dalem di Klungkung disebut dengan Semara Pura. Stelah Dalem berkeraton di klungkung atau Semara Pura istilah mulai dipakai untuk menyebutkan tempat suci pemujaan. Sedangkan istana raja tidak lagi disebut pura tetapi “Puri”.
Demikianlah istilah pura menjadi istilah yang baku sampai sekarang untuk menyebutkan tempat suci atau tempat pemujaan umat Hindu di Indonesia.(Nyoka,Sejarah Bali,1990)
0 Comments
Tweets
Komentar

No comments:

Post a Comment